Green Info
23 Februari 2023
Aviaska Wienda Saraswati

Pak Sariban sosok inspiratif pejuang Lingkungan. Ia berdedikasi untuk sukarela membersihkan sampah di Kota Bandung. Menurutnya, masalah sampah butuh penanganan khusus dan fokus.
Generasi Hijau, pernahkah kamu mendengar tentang Pak Sariban? Beliau adalah sosok pejuang lingkungan Indonesia yang sudah tersohor namanya. Ia rela membersihkan sampah-sampah di jalanan Kota Bandung agar bersih. Seperti apa sosok Pak Sariban? Kenapa ia rela bersihkan sampah yang bukan miliknya?

Pak Sariban yang sering membersihkan lingkungan Kota Bandung nyatanya berasal dari Magetan, Jawa Timur. Ia tumbuh besar di Magetan dalam keluarga Petani. Saat kecil, Pak Sariban kerap membantu orangtuanya berkebun dan bertani. Tak jarang, hal itu membuatnya terlambat datang ke sekolah dan mendapat hukuman.
Kedatangannya ke Bandung berawal dari keinginannya untuk mengunjungi Kota Kembang. Ia ingin melihat sendiri keasrian kota ini. Setelah lulus dari sekolah karyawan di Jawa Timur, Ia memutuskan untuk merantau ke Bandung pada tahun 1963. Di kota ini, Pak Sariban bekerja sebagai petugas kebersihan di RS Mata Cicendo.
Saat ini, Pak Sariban yang telah berusia 82 tahun telah Pensiun. Sehari-hari, ia membantu mengurus kebun warga sembari membersihkan sampah di Kota Bandung. Ia merasa sangat bahagia dan bersyukur dengan apa yang ia lakukan sekarang. Beliau mengatakan, “Saya kalau lagi bersih-bersih rasanya bahagia. Jiwa saya tenang dan tubuh saya jadi sehat”.

Setiap harinya, Pak Sariban menyusuri beberapa wilayah di Kota Bandung untuk membersihkan sampah. Karena usia yang tak lagi muda, tentu tak semua wilayah Kota Bandung yang dibersihkan. Rute sehari-hari beliau adalah wilayah Cikutra dan Gedung Sate.
Ia memulai perjalanan membersihkan lingkungan sejak jam 8 pagi. Berbekal seragam kuning dan topi caping bertuliskan “Dilarang buang sampah sembarangan”, sepeda ontel tua, dan peralatan kebersihan ia mengitari jalanan sambil memungut sampah. Uniknya, bukannya mengayuh sepeda, Pak Sariban justru menuntunnya, “lebih enak jalan kaki neng, biar sehat sekalian olahraga” ujar beliau.
Sembari mengambil sampah, Pak Sariban kerapkali bercengkrama dengan pedagang, tukang sampah, dan warga yang ia temui di jalan. Terkadang, mereka juga membantu Pak Sariban mengumpulkan sampah. Setidaknya, sampah yang mereka hasilkan. Selama ia beraksi, tukang sampah di sekitar areanya juga tidak merasa tersaingi. Mereka Juga terbantu dengan aksi Pak Sariban.
Pak sariban tidak hanya mengambil sampah di tepi jalan, ia juga membersihkan saluran air dari sampah. Kebanyakan sampah yang dibersihkan adalah sampah rumah tangga dan plastik. Sampah yang terkumpul selanjutnya ia buang ke TPS di sebelah Makam Pahlawan Cikutra.

Bertahun-tahun Pak Sariban menjalani aksinya, tentu banyak yang dihadapi. Ia mengakui bahwa yang beliau lakukan tidak mudah dan belum tentu yang lain mau melakukan. Apa lagi, banyak orang yang tidak peduli dengan masalah sampah. Mereka tutup mata dengan masalah ini.
Beliau juga menuturkan, “Untuk merubah perilaku orang lain itu sangat sulit. Kalau bapak, yang penting kita tunjukkan lewat perbuatan. Kalau kita sendiri tidak berbuat, jangan harap kita bisa menyuruh orang berubah.”
Berkaca dari kondisi masyarakat saat ini, Rasanya pernyataan beliau sangat relevan. Perubahan perilaku butuh waktu, sistem, kemauan, dan aksi yang ditunjukkan lewat perbuatan sehari-hari.

Pak Sariban selalu menjalankan aksinya dengan ikhlas. Baginya, kepuasan batin jadi sudah sangat cukup atas dedikasinya. Ia tak pernah mengharapkan keuntungan materil. Ia merasa rezeki yang dia miliki saat ini sudah cukup untuk hidupnya. Biar aksi yang dilakukannya jadi ladang pahala dan amal yang ia lakukan semasa hidup.
Berkat keikhlasanya, Pak Sariban dianugerahi berbagai penghargaan dari pemerintah. Salah satunya adalah Kalpataru. Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga mengumrohkan beliau sebagai wujud apresiasi.

Selama menjalankan aksinya Pak Sariban menyadari, memang beberapa wilayah yang ia bersihkan jadi lebih bersih. Namun, masih sangat banyak daerah di Bandung yang kotor tercemar sampah. Oleh karena itu, dirinya saja tidak cukup untuk jadi solusi masalah sampah.
Beliau berpendapat, “Masalah sampah itu salah satu cara menyelesaikannya dengan membuat sistem pendidikan sampah yang baik. Kenapa pendidikan? Supaya generasi selanjutnya punya pola pikir bijak kelola sampah. Pola pikir itu jadi bekal untuk merubah perilaku”.
Selain itu, beliau juga mengharapkan pemerintah membentuk satu institusi khusus yang menangani masalah sampah di Indonesia. Karena masalah sampah sudah terlalu kompleks, butuh fokus yang tinggi untuk mengejar solusi.
Ia juga berharap kedepannya ada orang-orang yang meneruskan perjuangannya. Dirinya memegang nilai kebersihan sebagian dari iman untuk beraksi. Semoga generasi penerus bisa punya nilai masing-masing yang dipegang untuk memberikan kontribusi. Bergerak Bersama Kami untuk ciptakan perubahan!
Satu pesan dari pahlawan lingkungan ini untuk kita semua:
“Sampahku tanggung jawabku, sampahmu tanggung jawabmu” - H. Sariban
