Green Info
5 Februari 2024
Aviaska Wienda Saraswati

Greenflation diprediksi sebabkan kenaikan harga komoditas dan produk ramah lingkungan. Meski belum terjadi, masalah ini perlu diantisipasi untuk memperlancar transisi hijau.
Topik transisi hijau dan keberlanjutan lingkungan jadi salah satu pembahasan di Debat Cawapres kedua. Pada momen ini, cawapres sempat beradu argumen mengenai greenflation. Sebenarnya apa itu greenflation? Apakah akan berdampak buruk pada lingkungan dan perekonomian negara?

Greenflation adalah inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa yang timbul karena suatu negara melakukan transisi ekonomi hijau. Transisi sistem perekonomian ini dilakukan untuk mencapai net zero emission (bebas karbon) yang ditimbulkan dari penerapan sistem ekonomi konvensional yang tidak ramah lingkungan.
Selama ini, penerapan sistem ekonomi konvensional telah menimbulkan kerusakan di muka bumi, khususnya lingkungan. Kerusakan ini tentunya berdampak pada kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat. Perubahan iklim adalah dampak konkrit yang diakibatkan emisi karbon yang tak tertangani.
Akibat perubahan iklim, masyarakat terancam dampak pencemaran, bencana iklim, ketahanan pangan dan air yang semakin memburuk. Hal itu juga berdampak secara perekonomian dan ketersediaan ruang hidup yang layak.

Greenflation hanya bisa terjadi jika suatu negara telah melakukan transisi hijau. Oleh karena itu, permasalahan ini lebih rawan melanda negara barat yang telah melakukan transisi hijau. Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya greenflation adalah kebijakan iklim, pengembangan teknologi, kenaikan harga komoditas, penerapan ESG, investasi hijau, dan kerusakan akibat perubahan cuaca.
Salah satu contoh dampak utama greenflation adalah naiknya permintaan komoditas energi hijau yang bisa mencapai 4 kali lipat di tahun 2040. Akibatnya, harga litium, kobalt, dan nikel yang menjadi bahan pembuatan baterai akan melonjak. Lonjakan harga bahan baku tentunya akan meningkatkan harga jual produk energi hijau yang dikonsumsi masyarakat.
Saat ini, Indonesia masih di tahap awal dalam proses transisi hijau. Oleh karena itu, greenflation bisa dibilang masih jauh dari Indonesia. Jika dilihat dari sektor energi saja, proses transisi EBT pada tahun 2023 baru mencapai sekitar 13,1% dari yang ditargetkan pada tahun 2025 sejumlah 17-19%.
Pertumbuhan ini terbilang stagnan dan masih jauh dari target. Salah satu penyebab dari lambatnya pertumbuhan ini adalah penundaan penetapan Peraturan Baru dan RUU Energi Terbarukan dan Peraturan Presiden tentang tarif energi terbarukan, sehingga tingkat investasi EBT rendah.

Greenflation sejatinya bisa dicegah. Beberapa solusi pencegahannya adalah mengedukasi para investor bahwa transisi hijau adalah investasi yang sifatnya jangka panjang. Jadi, para investor bisa mempertimbangkan strategi investasi yang tepat untuk sektor ini.
Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan subsidi relokasi agar harga energi hijau yang dikonsumsi masyarakat tidak terlalu tinggi. Untuk jangka panjang, penelitian lebih lanjut di sektor teknologi hijau juga harus terus dikembangkan. Hal ini penting dilakukan untuk menciptakan solusi dan teknologi transisi hijau yang semakin efisien dan terjangkau.

Greenflation bisa saja menjadi momok yang menakutkan saat melakukan transisi hijau. Namun, perlu kita tahu bahwa jika tidak segera melakukan transisi, dampak perubahan iklim bisa jauh lebih menakutkan dan mematikan bagi kelangsungan hidup manusia.
Oleh karena itu, sembari transisi ini terus berjalan, aksi restorasi lingkungan tidak boleh putus dan terhenti. Karena ini adalah solusi tercepat yang bisa kita lakukan untuk memperlambat kerusakan iklim. Di era yang mendesak ini, semua orang harus menjadi pahlawan lingkungan dengan caranya masing-masing. Banyak pejuang lingkungan Indonesia yang telah terjun ke lapangan untuk memulihkan lingkungan. Salah satunya, Pelestari Sungai Citarum yang kelola sampah sungai secara berkelanjutan.
Kamu tidak boleh diam saja! Jika kamu belum bisa terjun ke lapangan, ada satu solusi untuk kamu ambil bagian dalam upaya perbaikan lingkungan. Caranya dengan menjadi pahlawan lingkungan Green Fund Digital Philanthropy. Cukup sisihkan uang jajan kamu mulai Rp. 10.000, kamu dapat memberikan perahu baru untuk Pelestari Sungai Citarum mengambil sampah di sungai. Jadilah solusi sekarang!
Deutsche Bank Research. (n.d.). Can anything stop ‘greenflation’?
Greenflation, Ga Bahaya Tah? (2024, January 24). YouTube. Retrieved February 4, 2024.
Institute for Essential Services Reform. (n.d.). Indonesia Energy Transition Outlook 2023.
Memahami Hubungan Antara Green Economy dan Greenflation. (2024, January 29). insight kontan. Retrieved February 4, 2024.
