Green Info
31 Mei 2023
Aviaska Wienda Saraswati

Sistem pengelolaan sampah yang diterapkan Korea Selatan terbukti berhasil tangani masalah sampah. Sistem Volume-based Waste Fee (VBWF), Pay As Your Trash, dan Extended Producer Responsibility jadi andalan.
Tahukah kamu kalau Korea Selatan adalah salah satu negara dengan sistem pengelolaan sampah terbaik di dunia? Banyak hal yang bisa kita adaptasi dari sistem pengelolaan sampah negeri gingseng tersebut. Ini dia info selengkapnya tentang pengelolaan sampah di Korea.

Tempat Pembuangan Sampah Ilegal di Korea (Greenpeace Korea)
Sama seperti negara-negara lainnya, Korea Selatan juga mengalami polemik. Masalah yang paling menjadi momok adalah sampah plastik. Konsumsi plastik sekali pakai masyarakat Korea Selatan sangat tinggi. Pada tahun 2017, Korea Selatan menghasilkan 4.3 juta ton sampah plastik dari sektor industri, 3 juta ton dari sampah domestik, dan 658.000 ton dari sektor konstruksi.
Meskipun sampah plastik meningkat, limbah domestik secara keseluruhan terus mengalami penurunan. Pada tahun 1994, per kapita penduduk menghasilkan sekitar 1.3 kg sampah. Jumlah sampah terus menurun hingga tahun 2015 per kapita hanya menghasilkan 0.97 kg sampah.
Selain mengalami masalah sampah dalam negeri, Korea Selatan sempat kewalahan mengatasi sampah impor. Sampah impor menurunkan persentase daur ulang sampah dalam negeri. Hal ini terjadi karena industri pengelolaan sampah setempat lebih tertarik untuk mendaur ulang sampah impor.

Penerapan Sistem Pengelolaan Sampah Pay As Your Trash (Kim Jinha / The Straits Times/Asia News Network)
Untuk mengatasi berbagai masalah sampah di negaranya, pemerintah Korea Selatan mengeluarkan beberapa kebijakan pengelolaan sampah. Kebijakan-kebijakan tersebut adalah Volume-based Waste Fee (VBWF), Pay As Your Trash, dan Extended Producer Responsibility.
Volume-based Waste Fee (VBWF) adalah sistem pengelolaan sampah yang mewajibkan masyarakat untuk memilah sampah yang dapat didaur ulang. VBWF pertama kali diterapkan pada tahun 1995. Sistem ini juga mewajibkan masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan sampah sesuai dengan jumlah sampah yang dihasilkan. VBWF berhasil jadi strategi yang tepat untuk mengurangi sampah. Sejak sistem ini diterapkan, jumlah sampah yang dihasilkan berkurang tiap tahunnya. Dalam 10 tahun, per hari sampah bisa berkurang sebanyak 50.000 ton dengan persentase daur ulang mencapai 49%.
Sistem VBWF ini berhasil menciptakan skema pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Sangat terlihat bahwa setidaknya masyarakat, pemerintah, dan pelaku industri mampu bekerjasama menerapkan 3R. Sistem ini secara tidak langsung memaksa seluruh pihak untuk sadar akan pentingnya pengelolaan sampah. Tentunya keberhasilan VBWF juga didukung oleh penggunaan teknologi pengelolaan sampah yang mutakhir.
Selain VBWF, Korea Selatan juga mencetuskan sistem Pay As Your Trash yang khusus untuk menangani sampah organik. Sistem ini mewajibkan masyarakat untuk membuang sampah organiknya di tempat pembuangan khusus. Tempat tersebut menggunakan teknologi Radio Frequency Identification (RFID). Pay As Your Trash berhasil mengurangi sekitar 70% sampah organik dari berbagai sumber.
Skemanya, teknologi ini akan memindai kartu RFID milik pengguna agar masyarakat bisa membuang sampah ke dalam tong. Selanjutnya mesin akan menimbang jumlah sampah yang dibuang dan otomatis menarik biaya dari saldo yang terdapat di kartu RFID tiap bulannya. Sampah yang telah terkumpul, selanjutnya akan didaur ulang jadi pakan ternak, pupuk kompos, dan sumber energi terbarukan.
Satu lagi sistem yang diterapkan di Korea Selatan adalah Extended Producer Responsibility (EPR). Sistem ini mulai berlaku sejak tahun 2000. Berlakunya sistem ini mewajibkan setiap perusahaan yang menghasilkan sampah untuk mengumpulkan dan mendaur ulang sampah. Sampah yang wajib dikelola adalah sampah kemasan produk (kaleng, kertas, plastik, dan kaca), produk elektronik, baterai, dan pelumas. Sama seperti sistem sebelumnya, EPR mampu mengurangi jumlah timbulan sampah secara signifikan.

Proses Pemilahan Sampah Industri Daur Ulang Sampah (Choi Won Suk / The Korea Times)
Keberhasilan korea dalam menciptakan dan menerapkan berbagai sistem pengelolaan sampah patut jadi panutan. Berbagai dampak positif dari sisi kelestarian lingkungan, ekonomi, dan sosial adalah hasil yang setimpal dengan upaya. Berkat sistem pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, Korea Selatan telah mengurangi kerusakan lingkungan akibat polusi sampah.
Meskipun sistem-sistem tersebut berbayar, penduduk tetap tertib mengikuti aturan. Penyebabnya, pemerintah juga menerapkan denda bagi mereka yang melanggar aturan. Pengawasan dilakukan dengan memasang kamera CCTV di area pembuangan sampah. Selain itu, warga yang berani melaporkan pelanggaran juga mendapat insentif atas aksinya.
Sistem tersebut telah membentuk ekosistem bisnis pengolahan atau daur ulang sampah yang profitnya menjanjikan. Terlebih lagi, penduduk Korea Selatan jadi lebih sadar akan pentingnya mencegah pencemaran sampah dengan menerapkan prinsip 3R secara disiplin di keseharian. Sistem berhasil mengubah perilaku dan kebiasaan masyarakat.
Greeneration Foundation juga bermimpi Indonesia mampu mengatasi masalah sampah. Kami terus berupaya agar seluruh pihak mampu menerapkan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Upaya ini sekarang diwujudkan lewat platform Green Fund Digital Philanthropy yang salah satu kampanyenya memperjuangkan aksi pengelolaan sampah di Sungai Citarum. Cari tahu lebih jauh tentang kampanye Sampan Harapan untuk melihat dampaknya!
