Green Info
18 Juli 2023
Aviaska Wienda Saraswati

Pertumbuhan populasi manusia saat ini memang luar biasa cepat. Sayangnya hal ini berbanding lurus dengan dampak kerusakan lingkungan. Akses air bersih, alih fungsi lahan, dan pencemaran jadi masalah utama.
Pertumbuhan populasi manusia sangat cepat. Hal ini disebabkan karena meningkatnya angka kelahiran dan harapan hidup. Akan tetapi, meningkatnya populasi tidak diimbangi upaya pelestarian lingkungan dan konservasi sumberdaya alam. Akibatnya, masalah populasi bisa berdampak pada keberlanjutan lingkungan di masa depan.

Grafik Populasi Dunia Tahun 2022 (Cindy Mutia Annur / databoks)
Pada tahun 2022, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah mengumumkan bahwa populasi manusia mencapai 8 miliar orang. Pencapaian ini memecahkan rekor pertumbuhan penduduk tercepat dimana hanya butuh waktu selama 12 tahun saja untuk menambah 1 miliar. Negara penyumbang populasi paling banyak di dunia adalah Tiongkok (1.5 miliar), India (1.5 miliar), dan Amerika Serikat (336 juta).
Dari jumlah populasi penduduk, saat ini Indonesia memiliki 273.5 juta penduduk. Sebaran penduduk masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.
Pesatnya pertumbuhan penduduk disebabkan oleh dua faktor utama yaitu angka kelahiran dan harapan hidup. Manusia yang hidup diera ini memiliki akses yang lebih mudah untuk memperoleh makanan bernutrisi, fasilitas kesehatan, tempat tinggal dan pakaian yang layak, serta sumber energi.

Alih Fungsi Lahan Pertanian Jadi Pemukiman (beritatotabuan.com)
Pertumbuhan penduduk tidak hanya tinggi, namun, persebarannya masih belum merata. Hal ini berdampak pada pemenuhan sumber daya alam serta permasalahan lingkungan di wilayah padat penduduk. Masalah nyata yang telah kita rasakan saat ini adalah:
Masalah akses air bersih tidak hanya dialami oleh penduduk pelosok yang minim sumber air. Wilayah yang padat populasi rawan mengalami masalah ini. Padatnya area pemukiman mengurangi daerah resapan air. Alhasil, air hujan tidak terserap oleh tanah dan mengalir begitu saja ke sungai. Padahal, air tanah sangat dibutuhkan untuk suplai air bersih.
Selain itu, sungai di area pemukiman juga rawan pencemaran. Akibatnya, air tidak bisa dikonsumsi secara langsung. Air sungai yang tercemar, jika dikonsumsi akan menimbulkan penyakit.
Alih fungsi lahan yang berlebihan juga jadi masalah imbas populasi yang tidak terkontrol atau terkonsentrasi di suatu wilayah saja. Rentetan masalah yang timbul adalah, kelangkaan bahan pangan, hilangnya hutan yang berfungsi menghasilkan oksigen dan menyerap polutan, polusi udara, hilangnya habitat flora dan fauna, kepunahan, dan bencana alam.
Padatnya penduduk membutuhkan lahan yang besar untuk pemukiman, area industri, pertanian, peternakan, serta perkebunan. Sayangnya, konversi lahan besar-besaran yang saat ini terjadi tidak diimbangi oleh revitalisasi lahan yang diperuntukkan bagi konservasi sumberdaya alam. Tentunya ini akan jadi ancaman di masa depan bagi generasi penerus.
Pencemaran lingkungan pasti tidak terhindarkan jika populasi manusia semakin besar. Pasalnya, setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan limbah. Potensi pencemaran yang akan muncul di lingkungan padat penduduk adalah pencemaran karena sampah, limbah industri, limbah rumah tangga, dan polusi udara.
Buruknya, pencemaran ini tidak akan berakhir di wilayah padat penduduk. Wilayah yang minim populasi manusia juga akan terdampak. Contohnya laut, meskipun laut bukan habitat manusia, efek pencemaran sampahnya telah merusak ekosistem laut.
Jika populasi manusia tidak terkendali, masalah-masalah alam tersebut akan berbalik menyerang kita. Di masa depan, bukan tidak mungkin populasi manusia berkurang karena dampak kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Sebagai manusia yang hidup di bumi, salah satu cara untuk memberikan harapan kehidupan bagi generasi penerus adalah dengan bergerak bersama Green Fund Digital Philanthropy. Kamu bisa berdonasi minimal Rp. 10.000 per bulan untuk kampanye Sampan Harapan. Jadi bagian untuk tuntaskan pencemaran sampah yang jadi salah satu masalah populasi manusia.
