Peringatan Bahaya Senjata Nuklir dari Bomb Oppenheimer!

Peringatan Bahaya Senjata Nuklir dari Bomb Oppenheimer!

Green Info

16 Agustus 2023

Aviaska Wienda Saraswati

Banner

Senjata nuklir dapat sebabkan kematian massal dan kerusakan lingkungan lewat musim dingin nuklir. Berbagai negara masih berlomba-lomba kembangkan senjata nuklir.

Selain Barbie, film yang juga jadi sorotan adalah Oppenheimer. Film ini mengangkat kisah Ilmuwan J. Robert Oppenheimer membuat bom atom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Senjata nuklir tersebut mengakibatkan kematian lebih dari 200.000 jiwa. Namun, apakah senjata nuklir hanya berakibat pada kematian? Adakah dampak buruk bagi lingkungan?

Senjata Nuklir

unnamed (6).png

Rudal Balistik Antar Benua SS-25 (TEMPO.CO)

Senjata nuklir adalah senjata yang terbuat dari reaksi fission, fussion, maupun gabungan keduanya yang menghasilkan ledakan. Ada dua jenis senjata nuklir yang umum digunakan yaitu bom atom dan hidrogen. Bom atom dibuat dengan memanfaatkan reaksi fission. Sedangkan bom hidrogen terbuat dari reaksi fusion. Senjata nuklir memiliki daya ledak yang sangat besar dan berdampak fatal. Kekuatan ledakannya terhitung mencapai megaton (1.000.000 ton). Ledakan senjata nuklir menghasilkan panas, radiasi, dan gelombang kejut yang sangat mematikan.

Bom atom dibuat dengan bahan utama uranium-235. Secara sederhana, proses pembuatannya dimulai dengan mencampurkan uranium-235 dan uranium-238 agar memicu reaksi fission. Setelah itu, uranium akan dikonversi dalam bentuk gas. Hasil konversi tersebut selanjutnya melalui proses pengayaan uranium-235 agar kandungan uraniumnya mencapai 90% sesuai standar senjata nuklir. Pada tahap ini, senjata sudah bisa digunakan. Contoh yang telah diimplementasikan adalah bom atom little boy yang diledakkan di Hiroshima.

Berbeda dengan Little Boy yang murni mengandung uranium, bom Fat Man di Nagasaki terbuat dari campuran uranium dan plutonium. Tahapan pembuatannya sama dengan Little Boy sampai tahapan pengayaan uranium. Bedanya, setelah tahapan pengayaan, uranium yang telah diperkaya kandungannya menghasilkan sumber bahan bakar energi nuklir. Plutonium dihasilkan dari ekstraksi sisa bahan bakar nuklir yang telah digunakan. Proses ekstraksi dilakukan pada reaktor plutonium agar kandungan plutoniumnya mencapai 90% sesuai standar senjata plutonium.

Pengembangan Senjata Nuklir Dunia

unnamed (7).png

Ilustrasi Uji Coba Senjata Nuklir (merdeka.com)

Setelah pengeboman Hiroshima-Nagasaki, senjata nuklir terus dikembangkan. Hal ini bahkan memicu terjadinya perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kedua negara tersebut beradu menghasilkan senjata nuklir terbanyak. Pada tahun 1952, Amerika serikat menguji senjata nuklir berbahan hidrogen yang bernama “Super Bomb”. Pada tahun berikutnya Uni Soviet juga melakukan uji coba bomb.

Setelah adu pengembangan senjata yang sangat sengit, pada tahun 1987, kedua negara tersebut menandatangani perjanjian untuk mengurangi dan membatasi penggunaan rudal yang merupakan salah satu senjata nuklir. Perjanjian tersebut adalah Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF). Sampai perang dingin berakhir, jumlah senjata nuklir dunia berkurang secara signifikan.

Sayangnya, hal tersebut tidak berlangsung lama. Negara-negara kembali berlomba-lomba mengembangkan senjata nuklir. Data terbaru menunjukkan bahwa di tahun 2023 jumlah hulu ledak 9 negara di dunia meningkat hingga mencapai 12.500 buah.

Padahal, senjata nuklir modern jauh lebih berbahaya karena memiliki daya ledak yang berkali-kali lipat lebih tinggi dari pada bom atom Hiroshima-Nagasaki. Contohnya saja rudal balistik antar benua milik Rusia memiliki kekuatan hingga 800 kiloton.

Ancaman Senjata Nuklir Bagi Lingkungan

unnamed (8).png

Kerusakan Akibat Bom Hiroshima-Nagasaki (publishistory.files.wordpress.com)

Kita telah mengetahui bagaimana ancaman senjata nuklir terhadap keselamatan jiwa manusia. Namun, apakah kamu tahu dan terbayang bagaimana dampaknya pada lingkungan?

Untuk mengungkap dampak perang senjata nuklir pada lingkungan, ilmuan dunia telah melakukan serangkaian penelitian. Salah satu penelitian yang terkemuka adalah TTAPS Study oleh R.P. Turco, O.B. Toon, T.P. Ackerman, J.B. Pollack, dan Carl Sagan. Penelitian yang dipublikasikan tahun 1983 itu memperkirakan ledakan bom nuklir dapat menimbulkan “musim dingin nuklir”.

Mereka berpendapat bahwa ledakan bom atom akan memicu munculnya banyak bola api akan memicu badai api membakar bangunan dan hutan. Asap, jelaga, dan debu yang dihasilkan oleh ledakan bom maupun kebakaran area di sekitarnya disinyalir akan membentuk awan hitam yang memenuhi langit dan menghalangi masuknya sinar matahari.

Musim dingin ini akan memicu kerusakan ekosistem, kelangkaan bahan pangan, serta kematian massal manusia, binatang dan tumbuhan. Musim dingin ini juga terjadi saat ledakan bom di Hirosima dan Nagasaki dahulu. Tapi dampaknya tidak terlalu signifikan pada iklim global.

Meskipun bom atom J. Robert Oppenheimer telah berhasil mengakhiri Perang Dunia II, senjata nuklir terus dikembangkan. Jika perang nuklir benar-benar terjadi, bukan tidak mungkin perkiraan dampak lingkungan tersebut jadi nyata. Perubahan iklim global akan sangat mematikan.

Oleh karena itu, pembatasan penggunaan senjata nuklir dan menjaga perdamaian dunia juga bagian dari pencegahan perubahan iklim global. Dengan cara yang berbeda, Green Fund Digital Philanthropy (GFDP) juga berupaya untuk mencegah perubahan iklim. GFDP merangkul kerjasama masyarakat untuk membantu aksi restorasi yang dilakukan pahlawan lingkungan Indonesia. Caranya dengan berdonasi sebesar RP 10.000 tiap bulannya. Donasi yang terkumpul akan menjaga keberlanjutan aksi restorasi lewat pendanaan berkelanjutan. Donasi sekarang!

Follow Kita di Google NewsGoogle News
Flag

Bagikan Artikel Ini