Green Info
2 Oktober 2024
Rinda Alya Putri - Umum (Green Contribute)

Melihat kenyataan kondisi Bumi yang kian memprihatinkan, kerap kali kepedulian terhadap lingkungan dipandang sebelah mata. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemanasan global menembus ambang batas 1,5 derajat Celcius sepanjang tahun, menurut data layanan pemantau iklim Uni Eropa. ‘Capaian’ ini seakan menandakan babak baru dalam masalah perubahan iklim di Bumi. Dampak pasti dari kenaikan suhu yang pesat itu dianggap berpotensi memicu peningkatan permukaan laut secara signifikan di wilayah kutub, yang menyebabkan banjir di daerah-daerah yang rendah; mencairnya bongkahan es, tanah beku abadi dan glasier; dan perubahan dalam pola cuaca, termasuk lebih banyak musim kering, gelombang panas, serta badai yang semakin hebat dan mungkin di luar musim.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kenaikan suhu global jangka panjang dipicu oleh aktivitas manusia terutama penggunaan bahan bakar fosil yang melepaskan gas pemicu suhu planet serta kegiatan penambangan isi bumi yakni batubara. Ironisnya begitu bahan bakar fosil dibakar untuk menghasilkan energi, maka karbon dalam bahan bakar bereaksi dengan oksigen untuk membentuk gas karbon dioksida dan sebagian besar gas ini dilepaskan ke atmosfer. Tambang batubara melepaskan metana ke atmosfer. Metana dua puluh kali lebih kuat daripada karbon dioksida sebagai gas rumah kaca.
Salah satunya adalah kegiatan pertambangan batubara yang berlokasi di Provinsi Jambi. Ribuan truk hilir mudik angkut batubara melalui jalan-jalan di Jambi, menimbulkan masalah dari polusi sampai korban jiwa. Kecelakaan kerap terjadi. Sejak 2 Januari 2024, Pemerintah Jambi menghentikan jalan batubara lewat jalur darat yang melewati jalan nasional beralih ke jalur sungai. Namun peralihan jalur ini menyebabkan makin memperburuknya kondisi air Sungai Batanghari yang tercemar penambangan emas tanpa izin, galian C, serta kekhawatiran terjadinya erosi. “Pemerintah Jambi harus mengevaluasi kembali pengangkutan batubara lewat sungai sebelum dampak kerusakan lebih parah. Pemerintah juga harus mengutamakan keselamatan rakyat di atas kepentingan pengusaha.” tutur Eko Mulia Utomo, Manager Advokasi dan Kampanye Walhi Jambi. Aktivitas pertambangan batubara hingga pascatambang berdampak buruk terhadap ekologi, ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Pertambangan batubara juga menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan ancaman serius terhadap satwa dilindungi.
Lalu bagaimana cara menanggulangi perubahan iklim ini? Salah satu langkah sederhana namun sangat efektif adalah dengan menerapkan kebiasaan berjalan kaki. Selain hemat biaya, kebiasaan berjalan kaki juga memiliki dampak kesehatan yang baik. Faktanya berjalan kaki juga mampu membuat suasana hati lebih baik serta peningkatan aliran darah di otak menghasilkan lebih banyak endorfin. Alternatif lain adalah dengan menjadi pengguna transportasi umum, simple namun butuh komitmen. Dengan demikian aksi nyata ini tanpa disadari dapat memangkas emisi gas rumah kaca. Pemerintah sendiri juga berperan penting dalam kebijakan lingkungan dan mendorong investasi hijau. Investasi hijau adalah model pembangunan yang menyinergikan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan. Harapannya ekonomi hijau ini dapat mendorong peluang kerja baru (green jobs) dan juga peluang investasi baru (green investment).
Mengurangi penggunaan sumber energi kotor (batubara, minyak, dan gas) dan mulai beralih pada sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) yang terus menerus tersedia di alam. Pembakaran energi fosil menghasilkan partikel-partikel yang merusak kualitas udara. Indonesia juga sangat konsen terhadap pengembangan penggunaan energi terbarukan. Terbukti pada Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Peraturan Presiden No. 22 tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) memiliki target penggunaan EBT pada tahun 2025 dan 2050 masing masing sebesar 23% dan 31% dari total kebutuhan energi nasional (Republik Indonesia, 2017). Namun nyatanya hingga sekarang belum terimplementasikan dengan baik, pemicunya kemungkinan besar karena perkembangan EBT yang masih lambat membuat ketergantungan kepada energi fosil khususnya minyak dan gas bumi masih terus berlanjut.
Manusia sesungguhnya mendapatkan hak sekaligus kewajiban atas lingkungan. Mengapa demikian? Karena kehidupan di Bumi saling terikat, setiap perbuatan kecil yang dilakukan bisa berpotensi menimbulkan dampak besar dalam jangka panjang. Sangat memprihatinkan melihat bagaimana perilaku manusia yang terus merusak alam demi keuntungan sesaat dan kepentingan pribadi. Padahal, sudah seharusnya kita perlu menganut paradigma ekolonomisme, dimana ekologi sama pentingnya dengan ekonomi. Oleh karena itu, masalah perubahan iklim ini tidak bisa hanya diselesaikan oleh segelintir pihak. Penting bagi semua lapisan masyarakat bekerjasama dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik. Setiap langkah kecil yang kita lakukan pada hari ini dapat menciptakan perubahan besar untuk esok maupun masa depan, karena warisan paling istimewa untuk generasi berikutnya adalah lingkungan yang lestari dan terjaga.
“Kehancuran bukanlah sesuatu yang tak terhindarkan.”
Eri, Sutrisno. 2022. “Strategi Ekonomi Hijau Indonesia.” indonesia.go.id. https://indonesia.go.id/kategori/ekonomi/3973/strategi-ekonomi-hijau-indonesia (January 28, 2022).
Lambang, Pristiandaru Danur. 2021. “Energi Terbarukan: Pengertian, Contoh, Manfaat, Dan Kekurangannya.” Kompas.com. https://internasional.kompas.com/read/2021/10/06/072921170/energi-terbarukan pengertian-contoh-manfaat-dan-kekurangannya.
Mark, Poynting. 2024. “Kenaikan Suhu Bumi Tembus Ambang Batas 1,5 Celsius Untuk Pertama Kalinya.” BBC NEWS. https://www.bbc.com/indonesia/articles/cedqye0qng1o (February 10, 2024).
Teguh, Suprayitno. 2024. “Angkutan Batubara Di Jambi, Di Darat Dan Perairan Jadi Masalah.” MONGABAY.CO.ID. https://www.mongabay.co.id/2024/06/29/angkutan batubara-di-jambi-di-darat-dan-perairan-jadi-masalah/ (June 29, 2024).
