Greenwashing: Tipu Muslihat Produsen

Greenwashing: Tipu Muslihat Produsen

Green Info

22 Juni 2023

Aviaska Wienda Saraswati

Banner

Greenwashing jadi strategi yang digunakan produsen untuk mengelabui konsumen yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan dalam aktivitas konsumsinya. Ini dia faktanya.

Generasi Hijau, pernahkah kamu mendengar istilah greenwashing? Ternyata, greenwashing semakin sering dilakukan oleh produsen. Tentunya ini dapat menimbulkan kerugian untuk lingkungan dan kita sebagai konsumen. Kenali ciri-cirinya!

Greenwashing

unnamed (18).png

Ilustrasi Tisu Ramah Lingkungan (Aaron McConomy/Colagene, Creative Clinic for NRDC)

Greenwashing terjadi saat produsen melakukan klaim yang berlebihan terkait kontribusi perusahaan terhadap keberlanjutan lingkungan. Pada kenyataannya, perusahaan yang melakukan greenwashing melakukan lebih banyak hal yang merusak lingkungan dari pada melindungi dalam aspek operasionalnya.

Istilah ini pertama kali muncul pada tahun 1986 lewat esai yang mengkritik kampanye “save the towel” yang digunakan hotel. Kampanye ini mengajak tamu untuk menggunakan kembali handuk yang telah dipakai dengan dalih ramah lingkungan. Padahal, hotel punya tujuan untuk menghemat biaya laundry.

Klaim berlebihan ini sering kali menyatakan fakta yang tidak benar terkait kontribusi perusahaan terhadap lingkungan. Selain Itu, greenwashing juga dilakukan dengan menutupi fakta dampak buruk lingkungan dengan aksi restorasi yang tidak sebanding dengan kerusakan.

Untuk menyatakan bahwa suatu perusahaan memenuhi kriteria berkelanjutan, mereka harus menjalani serangkaian uji sertifikasi. Salah satu contohnya adalah memenuhi standar ESG (Environment Social Gorvenance). Jadi, tidak sepatutnya mereka menyampaikan klaim tertentu tanpa ada transparansi dan pengujian yang kredibel.

Kenapa hal ini bisa terjadi?

unnamed (19).png

Greenwashing yang Dilakukan Perusahaan Fashion (Zero Smart)

Greenwashing marak terjadi karena semakin banyaknya permintaan terkait produk yang memiliki nilai ramah lingkungan bagi konsumen. Terlebih lagi, target yang cukup ambisius terkait kebijakan lingkungan juga mendorong produsen untuk beraktivitas dan menghasilkan produk yang lebih hijau.

Terkadang, perusahaan melakukan hal ini hanya demi memperoleh keuntungan finansial yang lebih besar. Selain itu, greenwashing juga dimanfaatkan untuk memulihkan citra perusahaan di mata konsumen. Jadi, mereka tidak benar-benar memiliki visi untuk menjalankan operasional dan menghasilkan produk yang lebih ramah lingkungan.

Kenali Tanda-tanda Greenwashing

shell-701x1024.jpg

Greenwashing di Media Sosial (twitter)

Supaya kita tidak terkecoh dengan klaim yang dilakukan perusahaan, kenali ciri-ciri greenwashing berikut:

1. Menggunakan Tagline yang Ambigu

Menggunakan tagline yang ambigu adalah cara yang umum digunakan untuk greenwashing. Penggunaan terminologi yang sulit dipahami awam dan kalimat atau frasa yang maknanya tidak eksplisit jadi cara untuk menutupi fakta. Clickbait juga sering digunakan untuk menarik konsumen.

2. Memproduksi Produk Versi Ramah Lingkungan Sebagai Tameng

Salah satu trik perusahaan yang mengindikasikan greenwashing adalah dengan memproduksi sebuah produk ramah lingkungan. Produk tersebut akan jadi tameng produk lain yang tidak ramah lingkungan. Cara ini juga bisa menguntungkan perusahaan dengan memasang harga yang lebih tinggi untuk produk ramah lingkungan sebagai pancingan agar konsumen lebih memilih produk tidak ramah lingkungan.

3. Menyatakan Klaim yang Tidak Sesuai Fakta

Perusahaan sering kali menyatakan bahwa produknya ramah lingkungan, berkelanjutan, dapat didaur ulang, dan hemat energi. Ada beberapa kemungkinan dari klaim tersebut yaitu, benar, tidak benar, dan sebagian benar.

Untuk melakukan validasi klaim tersebut memang tidak mudah. Jika suatu produk diklaim ramah lingkungan, belum tentu proses pembuatannya minim emisi. Parahnya lagi, banyak klaim yang dikeluarkan juga tidak sesuai fakta. Contohnya saja, salah satu perusahaan makanan cepat saji mengklaim penggunaan sedotan yang bisa didaur ulang. Padahal, sedotan kertas tersebut tidak bisa didaur ulang.

4. Menggunakan Visual Alam Pada Desain Produk

Menggunakan desain produk yang mengandung unsur alam juga merupakan indikasi greenwashing. Unsur alam yang digunakan seperti gambar daun, pohon, warna hijau dan coklat yang erat dengan bumi. Desain seperti ini dapat mengecoh konsumen agar mudah percaya dengan klaim yang dikeluarkan perusahaan. Namun, bukan berarti semua yang menggunakan desain alam adalah greenwashing. Untuk memastikannya, perhatikan klaimnya dan validasi keramah lingkungannya dengan memperhatikan komposisi produk serta kemasan.

Bahaya Greenwashing Bagi Lingkungan

unnamed (20).png

Sampah Laut (aktual.com)

Greenwashing tentunya sangat berbahaya bagi lingkungan. Krisis iklim akan semakin buruk karena konsumen tertipu mengira mereka telah menggunakan produk ramah lingkungan. Emisi karbon yang dihasilkan lewat proses produksi, distribusi, hingga limbah produk semakin mencemari lingkungan.

Untuk itu, sebagai konsumen kita juga harus jeli dalam mengkonsumsi produk yang diklaim ramah lingkungan. Menerapkan skema konsumsi dan produksi yang berkelanjutan jadi cara kita untuk memerangi greenwashing dan perubahan iklim.

Kamu juga bisa membantu melawan perubahan iklim dengan berdonasi di Green Fund Digital Philanthropy (GFDP). Dukung pelestari Sungai Citarum kelola sampah lewat kampanye Sampah Harapan!

Follow Kita di Google NewsGoogle News
Flag

Bagikan Artikel Ini